Rabu, 25 Oktober 2017

Biarkanlah Jiwa Kebaikan Bersemanyam dalam Diri Kita

 Biarkanlah Jiwa Kebaikan Bersemanyam dalam Diri Kita ...
Tak perlulah kita gundah untuk semua kebaikan yang kita lakukan meski sekuat tenaga kebaikan yang coba kita torehkan untuk orang lain tetapi orang lain tetap tak bergeming, curiga, bahkan menyudutkan dengan tuduhan bahwa seolah mereka mencium aroma kebusukan di baliksemua tindakan yang kita lakukan. Risau dan gundah, buanglah jauh-jauhperasaan demikian. Bisa jadi mungkin orang tidak memahami dengan pasti kebaikan yang kita berikan, atau kemampuan atau sumber daya menerima untuk menerima kebaikan kita terbatas, atau bisa jadimemang itu memang sebuah ujian untuk kita hadapi dalam menaiki anaktangga ketulusan.

Janganlah banjirnya pujian membuat kita begitu terlena, atau sebaliknya janganlah pula kita berlama-lama dengan kecewaan yang mendera akibatpenerimaan orang lain tidak seperti yang kita harapkan. Karena memangkita tak pernah mengukur sebuah ketulusan dan pamrih. Dan tentunya mendengar pujian adalah sebentuk pamrih juga yang semestinya tak diperlukan dalam sebuah ketulusan. Jelas bukan, putuskan ikatankekecewaandari hati kita oleh cibiran dan hinaan orang lain yang terus menggangguniat baik yang keluar dari lubuk hati yang tulus. Biarkan hati kita mengalir butiranair kebaikan dalam keluasan samudera hati.

Berbuat baiklah terus seakan-akan kita tak menyadari sedang melakukankebaikan. Semestinya memang kita tak perlu merasa baik, karena di saatkitamerasakannya, kebaikan itu mengambil jarak dari kita. Ia menjadi sesuatuyang lain dari diri kita. Semestinya kebaikan menyatu dalam diri kita.Di saat mengasah sebuah pisau, takkan kita dapati ia menjadi tajam, hingga kita berhenti untuk merasakan ketajamannya. Di saat kitamelakukan kebaikan,kita tak perlu berusaha untuk menyadarinya. Biarkan kebaikan mengalirbegitu saja, karena hanya bila kita berhenti sajalah kita baru bisa merasakannya.Dan di saat berhenti, kebaikan itu bukan lagi milik kita. Di saat kitaberusaha merasakannya, kebaikan itu sudah menjadi milik pisau.

Biarkan orang lain memperlakukan kita sikap atau cara apapun yang mungkin dapat saja begitu menyakitkan hati, biarkan kebaikan kitadihempaskansedemikian rupa, karena memang mutiara tetaplah mutiara meski terletakdi dasar lumpur pekat sekalipun. So, tak ada alasan kita menjadikan hati

nelangsa dan gundah gulana. Yang pasti dunia kita tidak akan segeraberakhir hanya karena orang lain tak menyukai keberadaan dan segala kebaikan yang kita lakukan, bukan! So Cheers up biarkan jiwa baik bersemayam di dalam diri kita

0 komentar:

Posting Komentar