Minggu, 20 November 2011

Biarkanlah Jiwa Kebaikan Bersemanyam dalam Diri Kita ...

Biarkanlah Jiwa Kebaikan Bersemanyam dalam Diri Kita ...


beberapa hari lalu Ketika saya ke Mall saya mencoba menarik ATM, dan saya antri pada urutun ke tiga, orang didepan saya, lupa menarik kartu ATM dengan menu yang masih terbuka, kalau saya berniat tidak baik, bisa saja saya kuras isi ATM tersebut. tetapi setelah saya selesai bertransaksi, saya kejar orang itu untuk mengembalikan ATMnya, Alhamdullilah hati saya ini masih bisa untuk berbuat kebaikan, dan tidak tergoda untuk berbuat jahat, karena sempat terlihat dilayar ATM nominal uang yang cukup besar, Terimakasih Ya tuhan telah memberi kesabaran untuk tidak berbuat jahat.

Disaat kita berkesempatan berbuat kebaikan kepada orang yang membutuhkan pertolongan, siapakah yang pertama-tama perlu berterima kasih? Orang itu kepada kita? Bukan! Justru kitalah kepada orang itu. Sebab dengan kita bisa melakukan kebaikan kepada sesama, itu berarti kita akan mendapat kesempatan menerima kebaikan dari TuhAN

Tak perlulah kita gundah untuk semua kebaikan yang kita lakukan meski sekuat tenaga kebaikan yang coba kita torehkan untuk orang lain tetapi orang lain tetap tak bergeming, curiga, bahkan menyudutkan dengan tuduhan bahwa seolah mereka mencium aroma kebusukan di balik semua tindakan yang kita lakukan. Risau dan gundah, buanglah jauh-jauh perasaan demikian. Bisa jadi mungkin orang tidak memahami dengan pasti kebaikan yang kita berikan, atau kemampuan atau sumber daya menerima untuk menerima kebaikan kita terbatas, atau bisa jadi memang itu memang sebuah ujian untuk kita hadapi dalam menaiki anak tangga ketulusan.

Janganlah banjirnya pujian membuat kita begitu terlena, atau sebaliknya janganlah pula kita berlama-lama dengan kecewaan yang mendera akibat penerimaan orang lain tidak seperti yang kita harapkan. Karena memang kita tak pernah mengukur sebuah ketulusan dan pamrih. Dan tentunya mendengar pujian adalah sebentuk pamrih juga yang semestinya tak diperlukan dalam sebuah ketulusan. Jelas bukan, putuskan ikatan
kekecewaan dari hati kita oleh cibiran dan hinaan orang lain yang terus mengganggu
niat baik yang keluar dari lubuk hati yang tulus. Biarkan hati kita mengalir butiran air kebaikan dalam keluasan samudera hati.

Berbuat baiklah terus seakan-akan kita tak menyadari sedang melakukan kebaikan. Semestinya memang kita tak perlu merasa baik, karena di saat kita merasakannya, kebaikan itu mengambil jarak dari kita. Ia menjadi sesuatu yang lain dari diri kita. Semestinya kebaikan menyatu dalam diri kita. Di saat mengasah sebuah pisau, takkan kita dapati ia menjadi tajam, hingga kita berhenti untuk merasakan

Di saat kita melakukan kebaikan,kita tak perlu berusaha untuk menyadarinya. Biarkan kebaikan mengalir begitu saja, karena hanya bila kita berhenti sajalah kita baru bisa merasakannya. Dan di saat berhenti, kebaikan itu bukan lagi milik kita. Di saat kita berusaha merasakannya, kebaikan itu sudah menjadi milik pisau.

Biarkan orang lain memperlakukan kita sikap atau cara apapun yang mungkin dapat saja begitu menyakitkan hati, biarkan kebaikan kita dihempaskan sedemikian rupa, karena memang mutiara tetaplah mutiara meski terletak di dasar lumpur pekat sekalipun. So, tak ada alasan kita menjadikan hati

nelangsa dan gundah gulana. Yang pasti dunia kita tidak akan segera berakhir hanya karena orang lain tak menyukai keberadaan dan segala kebaikan yang kita lakukan, bukan.

Perbuatan baik tidak akan pernah sia-sia. Perbuatan baik akan memberikan efek damai dalam hati. Berbuat baik bisa tertujukan bagi seseorang, kelompok orang, bahkan masyarakat. Berbuat baik juga bisa pada hewan, tumbuhan, alam dan Lingkungan sekitar. Orang berbuat baik tidak akan ada ruginya¡Ä.. Dan suatu saat akan terpetik hasilnya.

jangan pernah berhenti untuk berbuat kebaikan, juga jangan pamrih, karena suatu saat kebaikan yg pernah kita berikan akan kembali lagi pada kita meskipun itu bukan dari orang yg kita bantu melainkan dari "tangan yg lain" dan pada waktu yang lain. dan dengan berbuat kebaikan kepada orang lain kita telah menabung pada rekening bank emosi kita. (EA)

"kebaikan dan ketulusan adalah dua sisi yang saling mengikat "

" tangan kiri tak perlu tahu kebaikan apapun yang diperbuat tangan kanan"

Depok 24 Maret 2007.
http://catatan-erwin.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar