Ketika mengejar permainan dunia
HARTA, pangkat, nama untuk memperoleh status sosial merupakan sesuatu yang selalu dicari oleh umat manusia di dunia ini. Status itu bukanlah tujuan tetapi media untuk menegakkan kebenaran, kesucian dan keharmonisan. Harta dicari sebagai alat. Bagaikan perahu menggunakan air sebagai alat untuk bisa berlayar. Tanpa air perahu tidak mungkin bisa berlayar. Perahu berlayar bukan mencari air tetapi menuju pantai bahagia. Kalau perahu salah caranya berlayar di air maka air akan menenggelamkan perahu tersebut.
Demikian jugalah halnya dengan harta, nama, pangkat dan status. Semuanya itu penting untuk dicari sesuai dengan peluang yang ada dan kemampuan masing-masing. Tanpa sarana harta benda manusia tidak akan bisa hidup di dunia ini. Namun yang wajib diperhatikan, semuanya itu adalah sarana bukan tujuan yang permanen.
Demikian juga pangkat dan jabatan adalah kepercayaan untuk didaya gunakan dalam melayani masyarakat, bukan untuk dibangga-banggakan untuk menunjukan
egoisme. Pangkat dan jabatan sebagai media untuk berbuat jasa melakukan
pelayanan. Itu juga sarana yang sifatnya sementara bukan tujuan. Kalau itu
dianggap sebagai tujuan maka bisa menjebak dan mengikat kita. Kalau sudah
terikat kita sudah kehilangan kemerdekaan diri. Orang akan bersedih kalau
tidak menjabat atau
kehilangan jabatan.
Mengabdi pada sesama, menegakkan kebenaran tidak harus melalui jabatan
formal. Itu bisa dilakukan dengan banyak cara tanpa melalui jabatan dan
pangkat. Sepanjang tujuannya mulia dan cara melakukannya baik, itu juga akan
dapat mencapai hasil yang diharapkan dalam pengabdian.
Harta, nama, pangkat dan status, dinamikanya sangat fluktuatif. Kalau itu
dianggap sebagai tujuan maka hidup kita akan terombang ambing mengikuti
pasang surutnya harta, nama, pangkat dan status tersebut. Itu akan dapat
membuat tajamnya suka dan duka.
Hidup dalam gelombang suka duka yang dalam itulah penderitaan. Semakin
tinggi gelombang suka yang dirasakan maka semakin tinggi pula ancaman duka
yang menghadang. Kalau harta, pangkat, jabatan maupun status itu tidak
dicapai atau hilang maka penderitaan pun akan menjadi-jadi. Artinya, harta,
pangkat, maupun jabatan harus diperhatikan agar jangan sampai mengikat dan
menjebak kita.
Seolah-olah hal itu sebagai tujuan yang paling mutlak. Hal itu ibarat
pakaian yang akan cepat usang dan hilang.
Seimbang dan teguhlah menghadapi gejolak suka dan duka. Untuk mencapai
keadaan diri seperti itulah yang harus diperjuangkan terus dengan melakukan
pendidikan dan latihan pemahaman ajaran agama.
Jadi kebahagiaan adalah kemampuan untuk berada di atas jeratan suka dan
duka. Jangan biarkan diri dijajah oleh perasaan suka dan duka. Suka duka
akan silih berganti menghampiri setiap insan di bumi ini. Manusia pun tidak
ada yang kuasa menolak datangnya suka dan duka. Yang penting datang dan
perginya tidak membawa pengaruh buruk yang menekan kehidupan kita. Karena
orang disebut mencapai keadaan yang merdeka kalau ia tidak sombong karena
kaya, pintar, tampan, berkuasa, bangsawan maupun muda. Ini artinya semuanya
itu penting dicari dalam kehidupan ini tetapi bukan sebagai hal yang membawa
kita berada di bawah jajahannya.
Memiliki harta, pangkat, jabatan dan status adalah peluang yang diberikan
oleh Tuhan untuk mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari ini. dan saat ini
kita lebih sering untuk menjadi kan Harta, pangkat, jabatan sebagi tujuan
utama dalam hidup, walau kadang kita mendapatkan dengan cara yang diluar
kebiasaan, dengan korupsi, menjatuhkan teman, dan kita tidak peduli dengan
norma-norma yang ada. Apakah kita termaksud di dalam manusia yang mengejar
harta, jabatan, nama, atau status, semoga kita bukan manusia seperti itu.
"Sesaat terperangah dengan permainan dunia, dan ketika berfikir semua itu
hanyalah semu"(EA)
~= Depok, february 2008 =~
--
Best Regard
Erwin Arianto,SE
0 komentar:
Posting Komentar