Setelah melewati perkara hidup yang luar biasa baru-baru ini, dalam perbincangan dengan seorang sahabat bertanya "Are U happy?" Pertanyaan tersebut singkat yang menurut ku sangat susah untuk menjawabnya, Memang gampang sih untuk berikan jawaban klise, ‘kebahagiaan kan kita sendiri yang tentukan’ – tapi rasanya bukan jawaban yang lahir dari hati. belajar dari pertanyaan tersebut banyak sahabat yang merasa tidak bahagia dengan apa yang dimilikinya.
Terkadang fikiran ini mengulang kembali segala memori dan kisah sedih yang pernah kita alami. Bukan, bukan orang lain yang membuatku sedih. Tetapi diriku sendiri. pernah Pikiran kita terpenuhi oleh prespektif yang kita buat sendiri setiap memikirkan apa yang dimiliki orang lain. Yang selalu keluar adalah sebuah pertanyaan, "Mengapa? Mengapa aku harus begini? Mengapa aku bukan dia?", terkadang kita belum tersadar kalau hal itu yang membuatku hampir kehilangan segalanya. kita hampir kehilangan iman. kita hampir melupakan rasa bersyukur yang harusnya kita panjatkan.
Beberapa pelajaran yang saya petik ketika menemani Bapak di rumah sakit, ternyata banyak orang yang lebih mengalami ujian yang lebih berat dari yang kita hadapi, ada yang harus cuci darah, ada yang lumpuh, ada yang geger otak karena bawa motor nabrak trotoar, disanalah saya memahami banyak orang yang mendapat ujian lebih dari yang kita alami, yang sebelumnya belum pernah terbayangkan.
Jawabannya sederhana, sesungguhnya hidup ini penuh dengan kebahagiaan. Masing-masing dari kita sudah Allah beri sesuai dengan kebutuhan. Hanya saja karena diri kita dikuasai oleh ilusi, ambisi dan berbagai keinginan. Selalu merasa ingin seperti orang lain. Hingga lupa mensyukuri nik’mat yang Allah beri. Tak terasa bahagia itu hilang dari diri kita. Dan yang ada hanya mengeluh dan mengeluh.
Tidak ada kesedihan dalam hidup ini, yang ada hanya kita menggunakan sisi melankolis untuk melihatnya. Tidak ada jalan buntu di hidup ini, yang ada hanya jika kita sendiri yang membatasinya, Berhentilah menyalahkan diri. Itu sudah masa lalu. Beginilah hidup, kau hanya harus mengikuti arus, dan menikmatinya. Banyak saran yang sampaikan bahwa bahagia ada dalam keputusan kita; ketika kita mulai bersyukur; ketika kita mampu berkata ‘cukup’; ketika kita ‘sudah selesai dengan diri sendiri’; atau ketika kita mampu mengendalikan pikiran kita hingga melihat sesuatu yang buruk dari sisi yang baik/positif. Banyak juga yang percaya bahwa bahagia itu sederhana; saat bisa mengerjakan tugas tepat waktu, saat bisa mentraktir diri sebuah es krim setelah kerja keras.
Hidup ini tidak ada masalah yang sulit, hanya saja kita belum berani menghadapi. Kadang kita terlalu takut untuk memulai padahal kita hanya sebatas mendengar cerita orang. Hidup ini tidak ada tempat yang gelap, hanya saja tempat yang kita lalui belum kita terangi. Lalu mengapa tidak kita putuskan untuk meneranginya, Oleh karena itu, tersenyumlah, karena setiap masalah yang terjadi padamu ada campur tangan Tuhan didalamnya dan ada rencana indah yang disiapkanNya untukmu lalu Terima dirimu sendiri apa adanya.
Terkadang fikiran ini mengulang kembali segala memori dan kisah sedih yang pernah kita alami. Bukan, bukan orang lain yang membuatku sedih. Tetapi diriku sendiri. pernah Pikiran kita terpenuhi oleh prespektif yang kita buat sendiri setiap memikirkan apa yang dimiliki orang lain. Yang selalu keluar adalah sebuah pertanyaan, "Mengapa? Mengapa aku harus begini? Mengapa aku bukan dia?", terkadang kita belum tersadar kalau hal itu yang membuatku hampir kehilangan segalanya. kita hampir kehilangan iman. kita hampir melupakan rasa bersyukur yang harusnya kita panjatkan.
Beberapa pelajaran yang saya petik ketika menemani Bapak di rumah sakit, ternyata banyak orang yang lebih mengalami ujian yang lebih berat dari yang kita hadapi, ada yang harus cuci darah, ada yang lumpuh, ada yang geger otak karena bawa motor nabrak trotoar, disanalah saya memahami banyak orang yang mendapat ujian lebih dari yang kita alami, yang sebelumnya belum pernah terbayangkan.
Jawabannya sederhana, sesungguhnya hidup ini penuh dengan kebahagiaan. Masing-masing dari kita sudah Allah beri sesuai dengan kebutuhan. Hanya saja karena diri kita dikuasai oleh ilusi, ambisi dan berbagai keinginan. Selalu merasa ingin seperti orang lain. Hingga lupa mensyukuri nik’mat yang Allah beri. Tak terasa bahagia itu hilang dari diri kita. Dan yang ada hanya mengeluh dan mengeluh.
Tidak ada kesedihan dalam hidup ini, yang ada hanya kita menggunakan sisi melankolis untuk melihatnya. Tidak ada jalan buntu di hidup ini, yang ada hanya jika kita sendiri yang membatasinya, Berhentilah menyalahkan diri. Itu sudah masa lalu. Beginilah hidup, kau hanya harus mengikuti arus, dan menikmatinya. Banyak saran yang sampaikan bahwa bahagia ada dalam keputusan kita; ketika kita mulai bersyukur; ketika kita mampu berkata ‘cukup’; ketika kita ‘sudah selesai dengan diri sendiri’; atau ketika kita mampu mengendalikan pikiran kita hingga melihat sesuatu yang buruk dari sisi yang baik/positif. Banyak juga yang percaya bahwa bahagia itu sederhana; saat bisa mengerjakan tugas tepat waktu, saat bisa mentraktir diri sebuah es krim setelah kerja keras.
Hidup ini tidak ada masalah yang sulit, hanya saja kita belum berani menghadapi. Kadang kita terlalu takut untuk memulai padahal kita hanya sebatas mendengar cerita orang. Hidup ini tidak ada tempat yang gelap, hanya saja tempat yang kita lalui belum kita terangi. Lalu mengapa tidak kita putuskan untuk meneranginya, Oleh karena itu, tersenyumlah, karena setiap masalah yang terjadi padamu ada campur tangan Tuhan didalamnya dan ada rencana indah yang disiapkanNya untukmu lalu Terima dirimu sendiri apa adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar