Saya akhir-akhir ini mengalami berbagai macam musibah yang beruntun dari Lift yang jatuh, Sakit, kehilangan sesuatu tapi dibalik semua ini saya ikhlas Ada kekuatan yang jauh lebih besar yang mengatur datangnya berbagai musibah ini agar saya merenung dan instropeksi akan keagungan kekuatan-Nya yang dahsyat. Sesungguhnya TUhan Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua yang dilaksanakan dan ditetapkan-Nya. Allah Ta’ala Mengingatkan Saya dari perbuatan yang dilarang Allah SWT.
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 155-157)
Kalimat diatas (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) merupakan obat paling mujarab dan paling bermanfaat bagi orang yang tertimpa musibah, baik didunia maupun diakhiratnya. Kalimat diatas mengandung dua prinsip agung, jika seseorang hamba benar-benar memahami kedua prinsip itu, ia akan terhibur dari musibah yang menimpanya.
Bahwa seorang hamba beserta keluarga dan hartanya benar-benar merupakan milik Allah Ta’ala. Milik Allah itu jelas diserahkan kepada hamba sebagai pinjaman, maka jika Allah mengambil kembali pinjaman itu darinya, kedudukannya seperti pemberi pinjaman yang mengambil barang yang dipinjam.
Tempat kembali seorang hamba adalah Allah, tuannya yang sejati. Ia pasti meninggalkan dunia dibelakangnya dan menghadap Rabb-nya seorang diri, sebagaimana ketika pertama kali ia diciptakan-Nya, tanpa ditemani keluarga, harta dan kerabatnya, melainkan hanya ditemani oleh amal kebajikan dan amal kejahatan. Jika demikian asal muasal seorang hamba, apa yang ditinggalkannya dan akhir hidupnya, bagaimana ia bisa bergembira dengan sesuatu yang ada atau berduka atas segala sesuatu yang tiada. Jadi, berpikir tentang asal muasal dan akhir kehidupan merupakan terapi paling mujarab terhadap penyakit ini.Kita perlu melakukan instrospeksi terhadap diri kita sendiri, mungkin musibah yang terjadi selama ini disebabkan dosa-dosa yang kita perbuat.
Musibah dan kekecewaan tidak mesti diratapi terlalu lama. Sering kali kita harus bersyukur bahwa musibah memang membawa kekecewaan hidup, tetapi pada saat bersamaan kita bisa merasakan adanya kedekatan khusus diri kita dengan Tuhan. Sering kali justru rasa kedekatan itu lebih menonjol ketimbang rasa kekecewaan itu. Ini artinya, musibah membawa nikmat dan betul-betul musibah terasa sebagai “surat cinta” Tuhan kepada kekasih-Nya.
Ikhlas yang sesungguhnya memberikan rasa optimistis ke dalam diri setiap orang. Orang yang menjalani keikhlasan penuh tidak akan pernah merasa sedih, sakit, lelah, dan kecewa karena semua yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Alhamdulillah Musibah.
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 155-157)
Kalimat diatas (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) merupakan obat paling mujarab dan paling bermanfaat bagi orang yang tertimpa musibah, baik didunia maupun diakhiratnya. Kalimat diatas mengandung dua prinsip agung, jika seseorang hamba benar-benar memahami kedua prinsip itu, ia akan terhibur dari musibah yang menimpanya.
Bahwa seorang hamba beserta keluarga dan hartanya benar-benar merupakan milik Allah Ta’ala. Milik Allah itu jelas diserahkan kepada hamba sebagai pinjaman, maka jika Allah mengambil kembali pinjaman itu darinya, kedudukannya seperti pemberi pinjaman yang mengambil barang yang dipinjam.
Tempat kembali seorang hamba adalah Allah, tuannya yang sejati. Ia pasti meninggalkan dunia dibelakangnya dan menghadap Rabb-nya seorang diri, sebagaimana ketika pertama kali ia diciptakan-Nya, tanpa ditemani keluarga, harta dan kerabatnya, melainkan hanya ditemani oleh amal kebajikan dan amal kejahatan. Jika demikian asal muasal seorang hamba, apa yang ditinggalkannya dan akhir hidupnya, bagaimana ia bisa bergembira dengan sesuatu yang ada atau berduka atas segala sesuatu yang tiada. Jadi, berpikir tentang asal muasal dan akhir kehidupan merupakan terapi paling mujarab terhadap penyakit ini.Kita perlu melakukan instrospeksi terhadap diri kita sendiri, mungkin musibah yang terjadi selama ini disebabkan dosa-dosa yang kita perbuat.
Musibah dan kekecewaan tidak mesti diratapi terlalu lama. Sering kali kita harus bersyukur bahwa musibah memang membawa kekecewaan hidup, tetapi pada saat bersamaan kita bisa merasakan adanya kedekatan khusus diri kita dengan Tuhan. Sering kali justru rasa kedekatan itu lebih menonjol ketimbang rasa kekecewaan itu. Ini artinya, musibah membawa nikmat dan betul-betul musibah terasa sebagai “surat cinta” Tuhan kepada kekasih-Nya.
Ikhlas yang sesungguhnya memberikan rasa optimistis ke dalam diri setiap orang. Orang yang menjalani keikhlasan penuh tidak akan pernah merasa sedih, sakit, lelah, dan kecewa karena semua yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Alhamdulillah Musibah.
0 komentar:
Posting Komentar